Powered by Blogger.
RSS

Penaklukan Puncak Pertama: Gunung Ciremai (Part. 9-Finish)

15 Juni 2014 - Akhir Perjalanan

Sesampainya kami di pinggir jalan, aku dan Ria mulai merasa lapar. Jadinya kita membeli nasi  goreng yang gak jauh dari sana. Nasi gorengnya benar-benar enak. Sambil makan nasgor di pinggir jalan, kami berdua cerita-cerita sedikit mengenai perasaan. Yah, evaluasi juga siy, Cuma hanya berdua. Saat kami sedang cerita-cerita di bagian yang ada unsur Privacy, tiba-tiba Jhipau menghampiri kami. Otomatis suasana langsung berubah, ceritanya untuk menutupi unsur privacy kami, aku yakin jhipau sadar akan hal itu, makanya dia gak lama terus pergi lagi. Maaf Jhipau. Bukan gak menerima kehadiranmu ato apa. Cuma karena waktunya kamu datang pas banget kita lagi curhat masalah pribadi. Heheheeee...

Setelah menunggu sekitar 40 menit, akhirnya ada juga bus lewat yang menuju Jakarta. Kami menaiki bus itu. Saat itu kami memilih bangku dengan kursi 3, Aku, Ria, dan Iqna. Vero duduk dengan Hasan. Udin duduk tidak jauh dari kami duduk. Begitulah. Mungkin karena terlalu lelah, kami akhirnya mulai tertidur. Sesekali aku terbangun untuk Shalat atau karena ada suara-suara yang berisiki, ataupun karena panasnya suasana di bus. Cuma lucunya pas tidur, biasanya aku yang selalu nyender ke bahu Ria, tapi kali ini, saat aku terbangun, Ria dan Iqna sedang bersender di kedua bahuku. Seneng deh rasanya.

Saat itu sekitar jam 3, bus berhenti kalo tidak salah di Pom Bensin. Ngetem. Biasanya bus itu Ngetem gak lama kan ya, ini sampe berjam-jam coba ngetemnya. Nungguin muatannya beneran penuh sesak. Aduh rame banget dah. Dari pada aku mikirin itu, mending aku tidur lagi, soalnya nanti begitu tiba di Jakarta aku musti langsung ke R*CM. Gak bakal sempat untuk tidur nyenyak langsung.

Ketika itu waktu menunjukkan hampir pukul 6, aku dan kedua teman di sampingku terbangun oleh teriakan amarah dari penumpang bagian belakang. Alasannya karena bus tersebut tidak lewat Bogor melainkan masuk ke Tol supaya lebih cepat sampe di Jakarta. Ngeri banget deh suasananya. Sampe mukul-mukul kaca lagi. Aku beneran ketakutan. Kok bisa ya orang itu marah sampe segitunya. Astaghfirullah. Waktu itu aku berdoa semoga cepat sampai dan pengen cepet turun. Gak kuat denger orang ngebentak marah-marah gitu apalagi sampe mukul kaca.

Allah memang maha baik. Gak terlalu lama, akhirnya kami sampai di Ps. Rebo. Turun segera. Ngeri juga sebenarnya waktu mau turun, secara turunnya itu kami harus melewati orang-orang yang tadi. Alhamdulillah, gak kenapa-napa siy. Setelah semua turun dan barang-barang pun sudah ditangan masing-masing, kami berpisah menuju tempat tinggal ataupun tujuan masing-masing. Aku, Ria, Iqna, dan Udin balik ke kosan Ria buat ngerapin barang-barang kami. Terus aku balik ke kosan dan bersiap ke RSCM lagi.

Sekian cerita pengalamanku naik gunung. Mungkin yang aku ceritakan akan membuat pembaca berpikir yang macam-macam. Tapi gak papa. Ibarat kata Luffy dalam Film One Piece, “Aku orang baik atau orang jahat, kalian sendiri yang menentukan”. Asyiiikkk... Kyaaa Luffy! (buru-buru nonton One Piece lagi).

Seperti halnya cinta pertama yang sulit dilupakan, aku rasa pengalaman ini akan sulit juga dilupakan. Semoga ini gak ngebuat aku trauma untuk naik gunung, karena naik gunung adalah salah satu hal yang menghubungkan aku dengan Ria, Putri, Tiwi, dan Ncan. Kalaupun nantinya aku merasakan trauma itu datang, aku harus dan pasti bisa mengatasinya. Demi orang-orang yang aku sayangi.

Dimanapun dan sedang apapun kalian, meski aku jarang contact kalian, meski aku suka ngomongnya nusuk dan blak-blakan, meski aku cuma bisa diam dan nangis, Aku yakin kalian sudah sangat memahami aku. Meski suatu saat kalian pergi jauh, nama kalian sudah tergores dalam pilar-pilar hatiku. Dan aku akan menjaganya, agar istana hatiku tetap berdiri kokoh dan tak tergoyahkan. I Love and Miss You, Guys..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: