Powered by Blogger.
RSS

Tersentuh untuk kedua kalinya (Memories of IWC 3) Part. 6


(IWC 2)
Satu hal yang sangat aku rasakan perbedaannya antara IWC 2 dan IWC 3, yaitu waktuku bermain bersama anak-anak. Selama IWC 2 aku setiap hari bermain bersama anak-anak. Bahkan selang beberapa jam kami tiba di base camp, aku dan Lia berkeliling desa bersama anak-anak, sementara kebanyakan campers lainnya beristirahat di base camp. Aku bercerita banyak hal dengan anak-anak di nganget. Mengajari mereka permainan kembali cangkir. Bermain bersama mereka tiap sore dan malam hari. Memeluk mereka saat sedang bersenda gurau. Sungguh saat itu adalah saat yang sangat menyenangkan bagiku.


Tapi, di IWC 3 kali ini, aku tidak dapat menikmati saat-saat itu. Ketika siang, aku istirahat di base camp, ketika sore aku bolak-balik dapur untuk mengecek makanan atau mandi, dan ketika malam hari aku sholat tarawih kemudian meeting. Sungguh sangat menyedihkan jika mengingat 10 hari pertama aku ikut IWC. Kontakku dengan anak-anak hanya saat melihat sunrise pagi hari (kadang-kadang), lomba 17 Agustusan, dan education program. Selebihnya aku lebih banyak dipusingkan dengan urusan lain. Tetapi Allah memang baik, hingga malam itu Dia berikan aku kesempatan untuk menikmati waktu ku bersama anak-anak Nganget. Kali ini bukanlah aku yang mengajari mereka permainan, tetapi mereka lah yang mengajari aku. Mereka mengajari aku permainan Pinokio dan Tom and Jerry. Aku mengingat sedikit lirik lagu yang mereka ajarkan, seperti ini.

“ah masa ah iya ah masa ah iya ah masa ah iya....
Ayahku seorang raja, ibuku siti aisyah, nenekku aku tidak tahu, yang tahu Cuma ibuku.
Naik kapal kecil tergeol-geol, naik kapal besar tak punya uang....”

Sungguh bermain bersama mereka merupakan saat yang sangat membahagiakan. Aku melupakan segala masalah dan beban saat itu. Yang ku tahu hanyalah kesenangan.

Sebenarnya ada satu juga perbedaaan yang ku rasakan. Tenang ini positif kok. Jadi, di IWC 2 aku jarang banget bergaul dengan orang tua di Nganget, tapi saat IWC 3, kesempatan itu datang. Hal yang paling jelas kuingat adalah malam dimana aku bermain catur dengan Pak Untung, salah seorang warga panti. Dia sangat hebat bermain catur. Dan dia sedikit mirip ayahku ketika main catur. Bermain sekalian mengajarkan. Ketika aku buru-buru mengambil langkah saat bermain, Pak Untung mengingatkan dengan candaanya. Saat itu aku pasti akan meminta pengulangan langkahku lagi dan Pak Untung dengan baik hati memberikan kesempatan itu. Hasil akhir pertandingan kami adalah seri. Hasil akhir ini tentulah tidak terlepas dari kesabaran Pak Untung. Saat itu aku berpikir, mungkin kalau aku tahu sejak dulu, aku mungkin akan lebih menikmati Work Camp. Jika mengingat ini, ingin rasanya aku bermain lagi dengan Pak Untung.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: