Powered by Blogger.
RSS

Tersentuh untuk kedua kalinya (Memories of IWC 3) Part. 2


Balik lagi ke IWC 3. Hari pertama aku tiba di Nganget tidak terlalu aku ingat sekarang. Mungkin karena belum ada yang sangat berkesan pada hari itu selain bersih-bersih.  Awalnya direncanakan akan ada Welcoming Party, tetapi karena sebagian campers belum tiba di Nganget, acara ini dimundurkan ke malam berikutnya.
Pada saat welcoming party, hal yang paling aku ingat adalah saat berada di dapur. Sebagai kitchen police, aku bersama Yuma, Akane dan beberapa volunteers dari campers memasak dessert untuk acara. Yang kami buat sebenarnya gampang. Dari Indonesia kami membuat bakwan dan minuman, sedangkan dari Jepang kami membuat okonomiyaki.
Sejujurnya aku baru tahu bahwa okonomiyaki yang dimaksud sangat mirip dengan bakwan. Bahannya sama, cuma okonomiyaki tidak pakai wortel, okonomiyaki digoreng menggunakan cetakan persegi panjang, dan setelah dimasak okonomiyaki ditaburi dengan daun bawang kering dan diberi mayonaise. Memasak okonomiyaki ternyata membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan dengan memasak bakwan. Hingga acara sudah mulaipun kami masih berkutat di dapur. Hari itu pekerjaan di dapur menjadi sangat melelahkan rasanya, tetapi rasa lelah itu terbayarkan lebih oleh senyum dan pujian dari warga Nganget. Karena sangat senang, aku mulai memeluk anak-anak disana. Duduk di dekat mereka membuatku lebih merasa senang.
Keesokan paginya, kelompokku mulai work di hot spring. Kami memecahakn batu, mengangkat batu, menyusun batu, mengangkat pasir, dan tentunya mengangkat adukan pasir dan semen untuk mulai membuat tangga menuju hot spring. Kami dibantu oleh warga-warga sekitar dan anak-anak. Seorang bapak yang ku ingat namanya saat work itu adalah pak Untung.  Aku kurang mengingat nama warga lainnya, tetapi mukanya aku hapal.. J Saat work, aku sempat mengobrol dengan bapak yang menyemen tangga dan ibu yang menjaga warung. Adalah hal yang cukup menyedihkan mereka lupa kalau aku tahun lalu mengikuti work camp juga. Kata mereka, aku gak terlalu kelihatan seperti kak azmi, kak luri dan kak roland. Yah, wajar saja bagiku karena memang aku jarang berkeliling desa tahun lalu dan lebih sering bermain dengan anak-anak. Work hari itu selesai hingga tangga berhasil dibuat saja.
Setelah work, kegiatan yang tidak kalah pentingnya di hari itu adalah education program. Sepanjang kegiatan IWC 3, education program dilaksanakan tiga kali. Aku hanya bisa mengikuti education program 1 dan 3.
Di education program 1, aku  ditunjuk oleh Tiwi untuk menjadi MC. Ok, tanpa persiapan yang matang, aku akhirnya menjadi MC. Rundown acaranya baru dibuat beberapa menit sebelum acara dimulai. Benar-benar kelabakan aku saat itu. Tetapi alhamdulillah, education program 1 berjalan dengan lancar berkat keberadaan mentor-mentor yang TOP dan teman-teman lainnya. Di Education program 1, anak-anak di Nganget menggambar cita-cita mereka. Pensil warna, spidol dan kertas HVS alat yang digunakan. Ada banyak sekali cita-cita, ada banyak sekali harapan, ada banyak sekali gambaran, ada banyak sekali warna yang bisa aku saksikan. Ada anak yang ingin menjadi guru, ada yang ingin menjadi dokter, ada yang ingin menjadi pemain sepak bola, bahkan ada juga yang ingin menjadi pilot. AKU TERSENTUH melihat kenyatakan di depanku ini. Betapa bersihnya jiwa mereka, betapa indahnya cita-cita mereka. Aku  juga merasa sedikit tertampar karena aku sendiri belum menetapkan cita-citaku ingin jadi apa. Aku hanya mengikuti saran yang terbaik dari keluargaku saja dan menjalaninya. Aku jadi malu akan diriku sendiri. Oya, Di education program 3 aku hanya menjadi pengamat saja. Jadi tidak banyak yang aku ingat selain Putri bercerita menggunakan boneka dan kita bermain bersama sebelum acara di tutup. J

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: