Powered by Blogger.
RSS

Tersentuh untuk kedua kalinya (Memories of IWC 3) Part. 4


Kegiatan yang paling mengasyikan tentulah jalan-jalan (bagiku). Tetapi kali ini yang aku maksud bukanlah jalan-jalan biasa, kegiatan ini disebut homevisit, yaitu berkunjung ke panti dan rumah warga. Ini adalah saat keduaku karena pada IWC 2 aku sudah pernah melakukannya. Sebelumnya aku akan menyebutkan siapa aja anggota group 2, yaitu groupku. Anggotanya adalah Aku, Ncan, Niki, Haruka, Ai, Rizqi, Shuhei dan Shusuke.



Homevisit dimulai dari panti. Kami memasuki satu persatu wisma yang ada di panti. Oya, ada 8 wisma di Panti. Sebelum ke wisma, kami berkunjung ke dapur panti. Karena saat itu pagi hari dan puasa, jadi ibu-ibu yang biasanya masak tidak banyak yang berada di dapur. Hanya dua orang saja, yang lain sedang waktu cuti. Kami juga menyapa beberapa warga panti yang akan keluar panti.

Saat memasuki wisma pertama, hanya ada satu orang saja. Aku lupa namanya tetapi seingatku dia berasal dari Sulawesi atau Kalimantan gitu. Menurut Bapak, kalau pagi memang panti sepi karena ada yang kerja. Di  wisma selanjutnya, Aku, Rizqy, Shusuke, dan Shuhei bermain permainan mirip seperti biliard, tetapi menggunakan tangan. Aku lupa nama permainannya. Kami diajarkan oleh bapak-bapak yang tinggal di Wisma. Oya, ada satu wisma yang tidak ada orangnya, jadinya kami tidak berkunjung ke wisma itu.

Pada intinya homevisit ini adalah untuk lebih mengenal mereka, lebih memahami mereka, dan bersilahturahmi. Saat homevisit, kami bisa mendengar mereka bercerita tentang saat mereka mendapatkan kusta. Ada yang mendapatkan kusta sejak kecil, ada yang sejak remaja, dan ada juga yang mendapatkannya saat sudah berumur 30 tahunan. Jika mendengar cerita mereka lebih lanjut, rasanya sangatlah munafik jika kita tidak tersentuh. Saat diketahui mengidap kusta, apalagi ketika kecacatan itu timbul, mereka tidak diterima oleh komunitas sekitar mereka, bahkan termasuk keluarganya. Saat mereka sudah sembuh pun mereka ditolak oleh keluarganya, tidak mempunyai tempat tinggal dan tentunya tidak dapat merasakan kehangatan keluarga, disaat mereka sendiri sebenarnya butuh dukungan dan kehangatan. Dibuang, itulah kata kebanyakan warga di panti.

Warga di panti merasa sangat beruntung dengan adanya panti rehabilitasi ini. Mereka diterima dengan baik, diperlakukan dengan baik, dibimbing untuk melakukan kegiatan sehari-hari bahkan bisa menghasilkan uang. Mereka bisa saling memberi kehangatan, mereka bisa merasakan bahagia kembali. Tidak aneh jika mereka mengatakan “seperti tidak mempunyai keluarga”. Hidup sendiri di panti rehabilitasi, keluarga tidak ada yang mau mengunjungi. Tentulah hal itu sangat menyedihkan. Jika aku yang mengalami, aku tidak tahu apakah aku bisa setegar mereka.

Banyak pelajaran berharga yang bisa aku dapatkan kembali saat homevisit. Warga panti mengajarkan aku tentang pantang menyerah, tanggung jawab, kerja keras, kesabaran, keikhlasan, dan khususnya adalah penerimaan terhadap keadaaan diri sendiri. Mengunjungi panti membuatku merasa tertampar berulang-ulang kali. Aku seolah bertanya-tanya pada diriku sendiri. Aku membandingkan keadaanku dengan warga panti. Mereka tidak banyak mengeluh dengan hal-hal yang menurutku besar seperti di kucilkan dengan komunitas “orang normal” atau dibuang oleh keluarga sendiri atau kecatatan fisik permanen. Mereka menerimanya dan selalu tersenyum seolah itu adalah hal yang sangat biasa, hal yang sangat kecil. Sedang aku, aku mengeluhkan hal-hal yang tidak penting. Hal kecil, aku anggap hal besar. Aku merasa benar-benar kecil di depan mereka.

Selain bercerita-cerita mengenai masa lalu, kami juga bercerita mengenai masa kini dan masa depan. Beberapa warga panti ternyata sudah punya rumah yang dibangun di luar panti. Biasanya rumah itu ditinggali oleh anak mereka. Ketika kami bertanya mengenai masa depan, beberapa warga panti menjawab mereka akan terus tinggal dipanti hingga akhir ayat mereka. Entahlah ada perasaan lega sekaligus sedih yang aku rasakan saat mendengar itu.

Saat mengunjungi rumah warga, ada tiga tempat yang kami datangi cukup lama, yaitu ke rumah pak RT, ke rumah Ibu yang punya anak balita mungil dan memberi kue lebaran, dan ke rumah keluarga yang sangat ‘berjasa’ saat IWC 1. Maaf kalau aku lupa nama-namanya dan sebenarnya kami tidak hanya berkunjung ke tiga rumah, tetapi lebih banyak rumah, hanya saja waktu berkunjungnya tidak terlalu lama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: