Powered by Blogger.
RSS

Petualangan Bawah Tanah Part. 6

“Goa Buniayu Vertikal, Sukabumi”


3 Mei 2014-Selalu ada Keindahan dan Tawa di Akhir Perjalanan-

Keluar dari Goa, merupakan suatu saat yang indah dan melegakan. Menghempaskan tubuh diatas tanah yang tak berumput, aduh leganya. Kami beristirahat sekitar 10 menit. Saat beristirahat, Pak Eko dengan baik hati memoto Kami lagi. Mukanya lagi susah di kontrol karena kecapean juga, coba aja liat ekspresi Ria deh.. hehehhee

Baru keluar dari Goa


Setelah cukup puas untuk mengambil nafas dan mengatur kembali ritme jantung, kami akhirnya melanjutkan perjalanan kami menuju air terjun untuk bersenang-senang sekaligus membersihkan diri dari lumpur. Sebenarnya, disediakan mobil pick up untuk menjemput pengunjung di ujung Goa, tapi bayaran charterannya Rp 200.000,00. Sayang uangnya, mending jalan kaki aja.. Cuma sekitar 3 Km. Sekalian menikmati suasana desanya orang sunda.

Selama perjalanan menuju air terjun, kami berjalan cukup terpisah-pisah, kira-kira berjarak 3-6 meter perorangnya. Di depan ada Pak Eko, lalu Dina, yang kemudian disusul oleh Ria ke depan karena ada masalah dengan sepatu Dina, lalu Aku, dan yang terakhir Putri.

Entah kenapa, walaupun berada di luar Goa, mataku masih aja mengawasi gerak gerik Putri. hahhaaa Padahal Aku juga kan orangnya rada ceroboh, mustinya lebih meratiin jalan Aku sendiri. Hm, mungkin karena ini perjalanan yang cukup berarti bagiku sebelum Putri ke Pare.

Sepanjang perjalanan juga Kami disajikan oleh pemandangan pohon pinus. Sebenarnya viewnya bagus untuk foto, tapi entah kenapa, Kami semua sepertinya tenggelam dengan pikiran masing-masing sehingga gak ada yang berinisiatif buat ngajak foto.

Inisiatif itu muncul dari Pak Eko. Mungkin karena ngeliat Kami yang pada diem semua dan mungkin juga karena ilalangnya bagus, akhirnya Pak Eko menawarkan Kami untuk berfoto diantara ilalang. Dengan wajah yang sumringah Kami menyambut tawaran Pak Eko.

Kami bergaya seperti sedang menunjuk satu bintang. Ya, satu bintang yang jauh, yang mungkin kebanyakan orang berpikir tidak akan bisa digapai, apalagi hanya dengan empat orang cewek, ternyata bisa Kami gapai. Bintang itu adalah petualangan Kami ini.

Bergaya sesuka hati, sayang gayanya Putri beda

Kembali berjalan dan berjalan. Ternyata cukup jauh juga, meski tidak sejauh Goa. Tapi anehnya, jalan ini lebih capek dan lemes dibandingkan dengan jalan di dalam Goa yang berliku-liku dan berlumpur. Sepertinya Kami sangat-sangat menikmati petualangan di Goa.

Ketika hampir mencapai air terjun, jalanan yang terhampar adalah jalanan yang sepertinya biasa dimiliki setiap air terjun, yaitu tangga yang dibuat dari tanah menuju bawah. Aku pikir semua air terjun memiliki jalanan seperti ini.

Karena lumpur di dalam sepatu bercampur sedikit air, membuat kaki sedikit kesusahan saat turunan. Ujung jari selalu kepentok ke ujung sepatu, jadinya sakit. Di coba ditahan pun susah karena dalam sepatu boots licin banget. Ya, cuma bisa istighfar banyak banyak aja di dalam hati.

Turun ke air terjun amatlah menyenangkan. Sebenarnya ada air terjun yang lebih tinggi lagi dibawah Kami (terusan air terjun Kami (?)), tapi Kami lebih memilih main di air terjun yang tidak terlalu ramai ini alias cuma Kami penghuninya (Lagi?). hehehheee

Ke air terjun buat bersih-bersih lumpur di sepatu dan baju

Acara bersih-bersih pun dimulai. Mulai dari Ria dan Dina yang udah ambil posisi diatas, lalu Aku lebih memilih posisi sedikit kebawah di dekat batuan, dan terakhir Putri yang memilih posisi tidak jauh dariku. Posisiku ini menurutku posisi yang enak. Aku bisa bermain air dari atas, malah Aku duduk di batu diantara air berpeganggan dengan pipa besi dan bajuku dibersihkan secara alami oleh derasnya air yang ingin mengalir kebawah. Pokoknya PeWe deh...

Oya, pada saat bersih-bersih ada kejadian lucu.. Hahahaaa... Kejadian ini dimulai oleh Putri. Karena nyucinya kurang hati-hati, sepatu boots Putri hanyut terbawa arus menuju bawah. Putri kelihatan sedikit bingung dan panik ketika hal itu terjadi. Hal ini langsung Kami beritahukan ke Pak Eko. Pak Eko dan seorang remaja (gak sempat kenalan) mencoba mencari sepatunya, tapi sepertinya sudah jatuh kebawah.

Gak lama setelah itu, giliran sepatu boots Dina yang terbawa arus hahahaa... Pak Eko dan remaja cowok itu pun mencoba melihat kalo-kalo masih bisa diselamatkan. Tapi ternyata sayang disayang sepatunya juga sudah keburu hanyut ke bawah duluan (sepertinya). Kami berniat untuk mengganti dua buah sepatu boots yang hilang tersebut, tapi Pak Eko bilang gak usah, nanti juga akan ketemu. Begituuu...

Setelah berpusing-pusing ria dengan hanyutnya sepatu boots, kami berfoto-foo kembali di air terjun. Kali ini Kami sudah dalam keadaan bersih. Kami berpose sesuka hati dan harus Aku akui, foto-foto selama petualangan ini merupakan foto yang eksklusif (bagiku), karena jarang-jarang Aku punya segitu banyaknya ekspresi ketika di foto. hahahaaaa

Setelah semuanya bersih, ya bersenang-senang lagiii

Setelah membersihkan pakaian dan sepatu boots, Kami pulang ke tempat pendaftaran. Oya, btw, sedikit menyentil, jadi lagi-lagi Aku sepertinya kedinginan dan belom makan siang, ujungnya maag udah mulai berasa mau kambuh, jadi Aku dan teman-teman berhenti sejenak di sebuah warung untuk mengisi perut. Aku memilih untuk membeli roti dan segelas teh manis. Cukup Rp 2.000,00 perut sudah cukup kenyang.

Melanjutkan perjalanan menuju tempat pendaftaran, Kami ditemani oleh hujan gerimis yang cukup lebat (hah?). Sempat berteduh di sebuah SD, tapi emang jiwanya masih ada anak-anaknya, jadilah Kami menerobos aja. Berhujan-hujan ria. Oya, Putri memberikan Kami masing-masing bunga/buah pinus.

Sesampainya Kami di tempat berganti pakaian, sudah tersedia makan yang cukup menggiurkan hingga akhirnya Kami lebih memilih makan dibandingkan mengganti pakaian yang basah. Tapi sepertinya, memang tubuhku tidak bisa berbohong. Tubuhku menggigil dan kedinginan ketika makan. Makanan yang masuk pun gak jarang berasa gak ada rasanya.

Akhirnya, Aku tidak bisa menahan diri lagi untuk segera mengganti pakaian ke pakaian yang lebih kering dan tentunya mandi. Entah kenapa, meskipun ketika Aku kedinginan, Aku masih bisa mandi lama-lama, bahkan berpikir masih gak pengen keluar. Bayangkan sodara-sodara, keramas dua kali, sabunan dua kali, cuci muka dan gosok gigi, waktunya lama, tapi Aku gak kedinginan sama sekali, malah kayak mandi biasa aja... ckckckkckkkk

Setelah mandi dan mengambil wudhu, Kami sempatkan diri untuk berfoto-foto dulu. Setelah semuanya beres, Kami pun meninggalkan tempat ini dengan perasaan puas.

Oya, keramahan masyarakat pedesaan emang gak ada yang bisa nandingin deh. Ketika Kami akan pulang aja, langsung dicariin ojek yang bisa mengantar Kami satu persatu menuju jalan raya dengan bayaran Rp 5.000,00. Terima kasih Bapak, Ibu, Aak, dan Teteh.

Sesudah shalat Ashar, Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Kami menaiki bus 3/4 menuju Terminal Jubleg dengan ongkos Rp 10.000,00. Di bus ini Aku sama sekali tidak bisa tidur karena posisiku berada di dekat pintu keluar, padahal tubuhku kecapean dan mataku udah berat banget. Tapi ya sudahlah, nikmati perjalanan 1,5 jam ini saja..

Sesampainya di Terminal Jubleg, Kami melanjutka perjalanan menuju Terminal Sukabumi dengan menaiki angkot. Kami tiba di terminal sekitaran maghrib. Kami pun shalat Maghrib di Terminal. Ternyata eh ternyata bus di terminal yang langsung menuju Kp. Rambutan ataupun Depok sudah habis beroperasi (berangkat terakhir jam 16.00 WIB-info dari bapak-bapak sopir di terminal). Jadilah Kami naik mobil sejenis travel gitu menuju Ciawi dan lanjut naik bus menuju Kp. Rambutan.

Sesampainya di Kp. Rambutan (Sekitar pukul 23.00 WIB), Dina yang tadinya akan pulang ke kosannya yang di Jakarta naik busway jadi mengurungkan niatnya itu dan memilih untuk nginap di kosan temennya di Margonda. Kami berempat kembali ke Depok dengan menaiki angkot 112. Dan tibalah Aku, Ria, dan Putri di Depan KFC Depok sekitar pukul 23.30 WIB.

Kami memilih untuk late dinner di salah satu tempat makan langganan Ria (kalo malam). Aku memesan Soto Medan (penasaran rasanya gimana) dan teh manis hangat dan sebelumnya Aku makan pepaya dulu untuk mengademkan perutku yang perih. Setelahnya, Kami menuju kosan Ria untuk beristirahat. Tapi tetap aja, tentunya sebelum beristirahat, Kami ngobrol ngalor ngindul kesana kemari dulu hingga satu persatu jatuh tepar menuju alam mimpi.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: