Powered by Blogger.
RSS

"Kemesraan" di Donorojo (Workcamp in Jepara) part 1

Hari ini adalah hari pertama kami berangkat. Kami? Emang siapa aja siy? Hm, ada aku, Ncan, Ria, Wawan, Detia, Rigel, Ajeng, Iin, dan Isti. Kami berangkat dari Stasiun Senen menuju Stasiun Semarang Poncol.

Jadi ceritanya itu dimulai ketika kami (Aku, Ncan, Ajeng, Wawan dan Rigel) berangkat sudah mepet waktunya dengan maghrib alias jam 5 dari Stasiun Pocin, alhasil begitu sampe langsung maghrib deh. Sebelumnya kita udah janjian sama Iin, Isti, Ria dan Detia yang berangkat sendiri-sendiri menuju Stasiun Senen buat ketemuan di dekat pintu masuk.

Target pertama yang kami cari adalah Iin dan Isti yang sudah mengabari duluan kalo mereka udah sampe di Stasiun Senen. Untuk menemukan mereka berdua ternyata cukup sulit. Isti bilang di samping indomart deket pintu utara, namun yang terjadi adalah disana tidak ada indomart yang deket arah pintu utara. Memang ada sejenisnya, namun kami tak juga menemukan kedua sosok itu. Belakangan diketahui bahwa awalnya mereka ada di dekat pintu utara, namun pindah ke samping indomart yang berlawanan arah dengan kami berada. Jezzz.. Sampe nelpon berulang kali hanya karena hal ini heheheee


Kami lalu shalat maghrib bergantian dan mencari makan bergantian pula. Karena aku dan Ncan mempersilahkan campers baru untuk shalat dan makan duluan, alhasil, aku dan Ncan hanya sempat shalat dan malas beli makan. Untung tak dapat ditolak, sms dari Detia datang nanyain siapa aja yang mau dibawain makan olehnya. Jelas aja ini kabar mengembirakan untuk aku dan Ncan. Belakangan kita tahu kalo yang Detia bawa itu ayam goreng buatannya sendiri loohh… Enaknye ayam guriing.. (Upin-Ipin)

Tidak lama setelah kami berkumpul, Ria datang dengan tas gunung merah yang cukup tinggi bersandar di bahunya. Tentunya Ria tidak kesulitan ketemu kami karena informasinya tidak salah dan jelas. hehehee. Lalu aku dan Ncan menanyakan Ria udah makan atau belom dan ternyata Ria belom makan. Ketika kami ingin mengirim sms ke Detia lagi untuk dibawain makanan jatah 3 orang, ternyata Detia sudah hampir sampai Stasiun Senen, Jadinya Aku dan Ncan berencana makan bareng sama Ria.

Kami tidak langsung makan saat Detia datang, karena ternyata sudah saatnya kami "check in". akhirnya kami segera mengantri untuk masuk ke dalam stasiun. Sesampainya di dalam, aduh perutku sudah periih, tanda harus segera diisi.

Oya, sedikit curcol nih, jadi sebelum berangkat workcamp, untuk pertama kalinya seumur hidupku aku mengalami Maag yang ngebuatku rasanya pengen nangiiiisss aja. Perih banget soalnya. Berkat saran ayahku tercinta, aku akhirnya harus makan tepat waktu, sedia obat maag, dan sedia makanan selalu. Alhamdulillah mendekati hari keberangkatan, tubuhku sudah cukup kuat untuk berangkat. Pokoknya dipaksain kuat deh hahhaa. Terus kejadian ini hampir diketahui sama campers dan PT WCJ, makanya Ria, Isti dan Ncan perhatian banget sama aku dalam hal ini. Makasih yaa...

Perhatian gimana siy? Pertama, Ncan (mungkin mati-matian) maksa aku segera makan, khawatir maagku kumat, tapi akunya aja yang keras kepala bilang masih kenyang banget, padahal gak juga. Terus ketika masuk ke dalam stasiun, Isti juga memberikan sepotong roti kejunya untukku santap karena perutku mulai meronta-ronta minta diisi. Uh, bencinya kalo sakit begini, nyusahin banyak orang, tapi sebenarnya seneng juga diperhatikan hehehee. Ria? jadi, karena keretanya "delay", Aku, Ncan, dan Ria berencana untuk makan nasi yang dibawa Detia. Selama makan, Ria terus ngomong ke aku untuk jangan sekali-sekali menyentuh sambal yang ada. Aku hanya boleh makan nasi putih dan ayam aja. Lagi-lagi karena maagku.
Late Dinner in Station
Oya, selagi menunggu kereta yang "delay"nya gak nanggung nanggung lebih dari dua jam itu dan sambil makan, kami mulai bernostalgia dengan pengalaman sebelumnya, yaitu survei ke Jepara dan Call For Friendship ke Undip. Jadi selama berada di daerah Jawa tengah tersebut, kami memiliki nama-nama Jawa. Misalnya untuk Affan itu Pa Ijo, Tukiyem juga ada tapi aku lupa itu Ncan apa Ria yang pake nama itu, dan Aku sendiri adalah Bos Juragan hahaaaa.. Jadi Affan itu tukang kebunku, Ncan itu tukang masak, dan Ria itu kepala pembantu. Lucu deh kalo diinget-inget.

Nah, untuk mencairkan suasana juga, terutama dengan personel yang benar-benar baru, yaitu Wawan akhirnya aku menawarkan Wawan untuk "bekerja" padaku, jadi tukang angkat-angkat barang belanjaan juragan dan bagian keamanan. hahahaa Wawan hanya tersenyum aja dan menerima begitu saja perintahku saat aku minta dijagain semua barang-barang yang ada.

Hal yang lucu juga ketika aku haus, mau minum, aku minta tolong cariin minum sama Wawan. Tapi wawan kesulitan menemukannya, akhirnya Ria yang dengan cakapnya berusaha membantu Wawan untuk menemukan minumku. Hahahaa, Dengan bantuan mereka, aku mendapatkan minumku dari dalam tasku. Aduh, betapa perhatiannya teman-temanku ini...

Kereta yang "delay" tadi pun datang tanpa rasa bersalah sedikit pun. Hm, kalo pesawat delay, kita minimal dapat snack, kalo kereta yang delay, kita cuma dapet angin doang. hahahaa. Begitu masuk kereta, Aku, Ajeng, dan Rigel duduk Bareng, sebenarnya bareng Nisa juga, tapi Nisa gak bisa ikutan, akhirnya leluasalah kami tidur. Secara ternyata bangku disamping juga kosong. Oya, selama perjalanan malam, Ria iseng-iseng motoin orang-orang yang lagi tidur.. hahahaaaa

Subuh pun menyapa bersama deburan pantai. Huaaahhh.. Bisa liat-liat pantai selama perjalanan pagi ini. Setelah shalat subuh, kami bersama-sama memandangi sunrise dari kereta yang melaju. Pemandangan pun silih berganti, pantai, hutan, sawah, rumah penduduk, semuanya kelihatan bagus dan damai ketika pagi hari. Btw, saat itu, sekitar 1-2 jam lagi kami akan tiba di stasiun Semarang Poncol. Huaaahhh.. Langsung deh menghubungi Galih, Ratih, Bhekti, dan Atul untuk perencanaan ketemuan di terminal.

Begitu sampai di stasiun, kami lalu mencarter mobil menuju terminal, tentunya dengan tawar menawar yang cukup bagus dan adanya berantem antar supir carteran. Gak enak banget jadinya. Sesampainya di terminal, kami menunggu empat orang lagi. Akhirnya Galih, Bhekti, dan Ratih datang dengan menaiki taksi, disusul dengan kedatangan Atul kemudian. Setelahnya kami sama-sama naik bus tujuan Jepara dan dilanjutkan ke Sambung Oyot.

Hm, selama perjalanan ke Sambung Oyot, beberapa campers tidur. Sebetulnya aku termasuk yang cepat tidur ketika di dalam bis, 15 menit cukup untukku menemukan posisi tidur yang nyaman di bis. Aku memang tidur selama perjanan menuju Jepara, namun selama perjalanan menuju Sambung Oyot, ntah kenapa susah sekali untuk membuat mataku terpejam, seolah-olah hatiku sedang merasa tidak baik. hmmm..

Benar saja, kami hampir kelewatan turunnya jika saja Aku, Ria, dan abang keneknya tidak tidur. Ternyata jalan yang kami lewati itu berbeda dengan jalan yang pernah kami lewati saat survei, jadinya lebih cepat sampainya. Malang tak dapat ditolak untuk sebagian campers yang terpaksa terbangun kaget ditengah tidurnya, bahkan ada campers yang hampir ketinggalan di bus karena telat nyadar kalau kami sudah tiba.

Setibanya kami di Sambung Oyot, kami disambut dengan hujan yang deras. Karena saat sampai otak masih kurang sinkron dengan kenyataan, akhirnya abang kenek bis membantu kami menurunkan barang-barang kami yang super banyak dan gede-gede itu. Mungkin karena terburu-buru dan khawatir basah kuyup, abang keneknya meletakkan begitu saja tas kami di jalanan yang basah dan tidak beratapkan apapun. Kami pun bergotong royong untuk menyelamatkan barang-barang kami dari hujan yang amat lebat itu.

Lucunya, ketika kami menunggu mobil ambulance dari RS. Donorojo yang akan menjemput kami, tanpa sadar ternyata mobilnya sudah ada di dekat kami. Pihak kami dan pihak yang menjemput seperti tidak terlalu sadar dengan keadaan. Terus yang anehnya lagi, ada mas-mas gitu baik banget mau bantuin kami naikin barang-barang ke ambulance. Tapi ternyata mas-mas tersebut adalah memang yang kerjanya bantuin ngangkat-ngangkat dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kedatangan kami dan penjemput kami.

Perjalanan pun dimulai lagi menuju guest house. Sepanjang perjalanan kami terus membicarakan mas-mas yang bantuin angkat-angkat, keadaan di Donorojo, pemandangan sepanjang jalan, dan juga kami bernyanyi riang. Karena hujan turun amat deras, kami tidak bisa melihat keadaan di luar jendela dengan jelas. Namun saat mendekati RS. Donorojo, kami semua melihat ke Jendela. Hm, kenyataan sudah berkata kami telah tiba di tempat pengabdian ini.

RS Donorojo tampak depan
Tiba di guest house merupakan hal yang menyenangkan, mengingat perjalanan yang kami lakukan cukup melelahkan dan menyenangkan. Kami tiba di guest house lebih cepat dari jadwal, akibatnya Dina kelabakan masak. Saat kami tiba, di guest house hanya ada Dina dan Rizal, karena Dwi dan Putri sedang menghadiri salah satu acara peringatan hari kusta nasional.

Setelah beres-beres dan membantu Dina menyiapkan makanan, kami berkumpul untuk briefing dulu. Saat itu, kami perkenalan lagi, lalu handbook dan name tag dibagikan ke masing-masing orang. Oya, kami juga membagi campers menjadi 3 kelompok. Di awal permulaan briefing Dwi dan Putri akhirnya tiba di guest house dengan membawa beberapa kotak nasi. Setelahnya kami makan siang bersama.

Guest house
Guest house yang kami tempati amat unik. Unik karena berbeda dengan guest house yang biasa kami tempati selama workcamp. Guest house ini terletak sekitar 100 meter dari pinggir pantai. Di sebelah kiri ada Goa Manik dan jika melihat ke arah kanan sekitar 200 meter ada Benteng Portugis. Guest house juga dalam kondisi yang cukup baik. Dua kamar tidur, dua kamar mandi, satu ruang pertemuan yang besar, dapur yang cukup luas, dan tentunya teras rumah yang siap ditempati seraya memandang ke arah pantai. Inilah tempat tinggal kami selama workcamp ini berlangsung. Oya, guest house ini merupakan fasilitas yang diberikan dari pihak RS. Donorojo. Terima kasih RS. Donorojo.

Sore harinya, kami berkeliling-keliling. Liposos dan Rehabilitasi kami lewati sambil bertegur sapa dengan penduduk disana. Oya, resep ampuh untuk memulai tali keluarga itu adalah Senyum dan Sapa. Orang yang pernah menderita kusta sering kali khawatir untuk bertemu dengan "orang biasa", kebanyakan karena malu. Seperti kebanyakan orang yang pernah mengalami kusta lainnya, mereka biasanya aneh melihat kedatangan kami. Mereka bingung mengapa kami mau datang ke perkampungan yang dihindari oleh banyak orang tersebut. Kami pun menjawab pertanyaan seperti itu dengan senyum dan tutur kata yang teruntai dari hati yang tengah meringis melihat keadaan yang seharusnya tidak terjadi tersebut. Tutur kata sopan dan dipenuhi oleh cinta akan sesama manusia. Semoga niat kami ini tersampaikan melalui tingkah laku kami kepada mereka, orang yang pernah mengalami kusta. Aamiin ya Allah.

Yayayaaa.. Inilah saat dimulainya petualangan baru dengan orang-orang yang baru pula. Semoga kahadiran kami di Donorojo ini bisa membuat lebih banyak lagi orang yang mengalami kusta untuk dapat lebih percaya diri, lebih optimis, lebih bahagia. Semoga ya Allah.. Aamiin.
Saatnya beraksi menebarkan cinta di seluruh penjuru bumi!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: