(IWC 2)
Satu hal yang sangat aku rasakan perbedaannya antara IWC
2 dan IWC 3, yaitu waktuku bermain bersama anak-anak. Selama IWC 2 aku setiap
hari bermain bersama anak-anak. Bahkan selang beberapa jam kami tiba di base camp, aku dan Lia berkeliling desa
bersama anak-anak, sementara kebanyakan campers
lainnya beristirahat di base camp.
Aku bercerita banyak hal dengan anak-anak di nganget. Mengajari mereka
permainan kembali cangkir. Bermain bersama mereka tiap sore dan malam hari.
Memeluk mereka saat sedang bersenda gurau. Sungguh saat itu adalah saat yang
sangat menyenangkan bagiku.
“ah masa ah
iya ah masa ah iya ah masa ah iya....
Ayahku seorang
raja, ibuku siti aisyah, nenekku aku tidak tahu, yang tahu Cuma ibuku.
Naik kapal
kecil tergeol-geol, naik kapal besar tak punya uang....”
Sungguh bermain bersama mereka merupakan saat yang sangat
membahagiakan. Aku melupakan segala masalah dan beban saat itu. Yang ku tahu
hanyalah kesenangan.
Sebenarnya ada satu juga perbedaaan yang ku rasakan.
Tenang ini positif kok. Jadi, di IWC 2 aku jarang banget bergaul dengan orang
tua di Nganget, tapi saat IWC 3, kesempatan itu datang. Hal yang paling jelas
kuingat adalah malam dimana aku bermain catur dengan Pak Untung, salah seorang
warga panti. Dia sangat hebat bermain catur. Dan dia sedikit mirip ayahku
ketika main catur. Bermain sekalian mengajarkan. Ketika aku buru-buru mengambil
langkah saat bermain, Pak Untung mengingatkan dengan candaanya. Saat itu aku
pasti akan meminta pengulangan langkahku lagi dan Pak Untung dengan baik hati
memberikan kesempatan itu. Hasil akhir pertandingan kami adalah seri. Hasil
akhir ini tentulah tidak terlepas dari kesabaran Pak Untung. Saat itu aku
berpikir, mungkin kalau aku tahu sejak dulu, aku mungkin akan lebih menikmati Work Camp. Jika mengingat ini, ingin
rasanya aku bermain lagi dengan Pak Untung.
0 comments:
Post a Comment