Kegiatan yang paling mengasyikan tentulah jalan-jalan (bagiku). Tetapi kali ini yang aku maksud bukanlah jalan-jalan biasa, kegiatan ini disebut homevisit, yaitu berkunjung ke panti dan rumah warga. Ini adalah saat keduaku karena pada IWC 2 aku sudah pernah melakukannya. Sebelumnya aku akan menyebutkan siapa aja anggota group 2, yaitu groupku. Anggotanya adalah Aku, Ncan, Niki, Haruka, Ai, Rizqi, Shuhei dan Shusuke.
Homevisit dimulai dari panti. Kami memasuki satu persatu
wisma yang ada di panti. Oya, ada 8 wisma di Panti. Sebelum ke wisma, kami
berkunjung ke dapur panti. Karena saat itu pagi hari dan puasa, jadi ibu-ibu
yang biasanya masak tidak banyak yang berada di dapur. Hanya dua orang saja,
yang lain sedang waktu cuti. Kami juga menyapa beberapa warga panti yang akan
keluar panti.
Saat memasuki wisma pertama, hanya ada satu orang saja. Aku
lupa namanya tetapi seingatku dia berasal dari Sulawesi atau Kalimantan gitu.
Menurut Bapak, kalau pagi memang panti sepi karena ada yang kerja. Di wisma selanjutnya, Aku, Rizqy, Shusuke, dan
Shuhei bermain permainan mirip seperti biliard, tetapi menggunakan tangan. Aku
lupa nama permainannya. Kami diajarkan oleh bapak-bapak yang tinggal di Wisma.
Oya, ada satu wisma yang tidak ada orangnya, jadinya kami tidak berkunjung ke
wisma itu.
Pada intinya homevisit ini adalah untuk lebih mengenal
mereka, lebih memahami mereka, dan bersilahturahmi. Saat homevisit, kami bisa
mendengar mereka bercerita tentang saat mereka mendapatkan kusta. Ada yang
mendapatkan kusta sejak kecil, ada yang sejak remaja, dan ada juga yang
mendapatkannya saat sudah berumur 30 tahunan. Jika mendengar cerita mereka
lebih lanjut, rasanya sangatlah munafik jika kita tidak tersentuh. Saat diketahui
mengidap kusta, apalagi ketika kecacatan itu timbul, mereka tidak diterima oleh komunitas sekitar mereka, bahkan termasuk keluarganya. Saat mereka sudah
sembuh pun mereka ditolak oleh keluarganya, tidak mempunyai tempat tinggal dan
tentunya tidak dapat merasakan kehangatan keluarga, disaat mereka sendiri
sebenarnya butuh dukungan dan kehangatan. Dibuang, itulah kata kebanyakan warga
di panti.
Warga di panti merasa sangat beruntung dengan adanya
panti rehabilitasi ini. Mereka diterima dengan baik, diperlakukan dengan baik,
dibimbing untuk melakukan kegiatan sehari-hari bahkan bisa menghasilkan uang.
Mereka bisa saling memberi kehangatan, mereka bisa merasakan bahagia kembali. Tidak
aneh jika mereka mengatakan “seperti tidak mempunyai keluarga”. Hidup sendiri
di panti rehabilitasi, keluarga tidak ada yang mau mengunjungi. Tentulah hal
itu sangat menyedihkan. Jika aku yang mengalami, aku tidak tahu apakah aku bisa
setegar mereka.
Banyak pelajaran berharga yang bisa aku dapatkan kembali
saat homevisit. Warga panti mengajarkan aku tentang pantang menyerah, tanggung
jawab, kerja keras, kesabaran, keikhlasan, dan khususnya adalah penerimaan
terhadap keadaaan diri sendiri. Mengunjungi panti membuatku merasa tertampar berulang-ulang
kali. Aku seolah bertanya-tanya pada diriku sendiri. Aku membandingkan keadaanku
dengan warga panti. Mereka tidak banyak mengeluh dengan hal-hal yang menurutku
besar seperti di kucilkan dengan komunitas “orang normal” atau dibuang oleh
keluarga sendiri atau kecatatan fisik permanen. Mereka menerimanya dan selalu
tersenyum seolah itu adalah hal yang sangat biasa, hal yang sangat kecil.
Sedang aku, aku mengeluhkan hal-hal yang tidak penting. Hal kecil, aku anggap
hal besar. Aku merasa benar-benar kecil di depan mereka.
Selain bercerita-cerita mengenai masa lalu, kami juga
bercerita mengenai masa kini dan masa depan. Beberapa warga panti ternyata
sudah punya rumah yang dibangun di luar panti. Biasanya rumah itu ditinggali
oleh anak mereka. Ketika kami bertanya mengenai masa depan, beberapa warga
panti menjawab mereka akan terus tinggal dipanti hingga akhir ayat mereka.
Entahlah ada perasaan lega sekaligus sedih yang aku rasakan saat mendengar itu.
Saat mengunjungi rumah warga, ada tiga tempat yang kami
datangi cukup lama, yaitu ke rumah pak RT, ke rumah Ibu yang punya anak balita
mungil dan memberi kue lebaran, dan ke rumah keluarga yang sangat ‘berjasa’
saat IWC 1. Maaf kalau aku lupa nama-namanya dan sebenarnya kami tidak hanya
berkunjung ke tiga rumah, tetapi lebih banyak rumah, hanya saja waktu
berkunjungnya tidak terlalu lama.
0 comments:
Post a Comment