“Goa Buniayu Vertikal, Sukabumi”
3 Mei 2014-Menunggu
dan Menjadi Pribadi Lain-
Tibalah kami di sebuah desa yang gak cukup ramai, mungkin
karena ini masih dipinggir desanya. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul
05.30 WIB. Diantara kesunyian desa yang belum terlihat aktivitasnya itu, kami
menikmati snack yang kami beli sebelumnya.
Kami memutuskan untuk naik ke atas menuju saung dan tempat
pendaftarannya. Pertama kali aku menaiki tempat ini dalam keadaan cukup gelap
dan tanpa penerangan, agak sedikit gimana gituuu... Ada banyak batu-batu besar.
Dikelilingi pohon dan kesenyapan. Tidak ada suara manusia sama sekali saat itu.
Bayangkanlaaahhh...
Alam di sekitar penginapan |
Setelah melewati batuan besar itu, kami disajikan dengan pemandangan yang cukup indah. Sebuah lapangan yang luas. Cukup sepertinya unjuk bermain soccer. Kami berkeliling dari satu tempat ketempat yang lain. Kami mencari-cari mana puncak yang asyik untuk menikmati sunrise. Akhirnya kami memutuskan untuk menaiki tempat yang sebelumnya sempat kami naiki.
Ternyata untuk melihat sunrise disini cukup susah. Gak ada
tempat yang lebih tinggi dari tempat kami berada sekarang. Sangking niatnya
kami ngeliat sunrise, kami menaiki sebuah batu yang tajamnya hmmmm... Rasanya
sakit banget untuk duduk diatasnya. Jadi, kami hanya berdiri diatasnya sambil
menanti sunrise.
Sayang sekali, sunrise yang kami lihat tidak seindah yang
kami bayangkan. Mungkin karena banyak kabut atau mungkin spot kami yang kurang
bagus. Sambil menikmati saat-saat itu, kami memoto lingkungan dan juga diri
kami sendiri. Lalu kami menunaikan niat kami untuk menyanyikan Shining Friend.
Menanti sunrise |
Ria mulai merekam menggunakan Hpnya. Dari merekam lingkungan disekitar, lalu mengenalkan kami satu-satu hingga akhirnya kami menyanyikan lagu Shining Friend. Awalnya, aku meminta teman-teman supaya tidak terlalu keras bernyanyi karena khawatir mengganggu orang tidur. Ternyata semua itu adalah kamuflase pagi hari. Tidak ada pengunjung lain disana kecuali kami. Tahu gitu kan bisa nyanyi keras-keras. Huuuuh.. Maafkan aku teman-teman...
Di depan penginapan Saung Bambu |
Setelah puas main di sana... Kami berkeliling kembali sambil foto-foto. Mulai dari saung, tamannya, hingga ke tempat-tempat yang lain. Mulai dari gaya yang keren, cute, sampe yang childish. Kalo kata Ria, foto-foto itu beneran nunjukin kepribadian kami. Hahahaaa
Sambil menikmati
snack yang kami bawa, kami bertanya-tanya dimanakah pintu masuk kedalam Goanya.
Mau tahu? Pantengin aja lanjutan ceritanya ya!
Lanjut ya, setelah agak lama dan setelah mencoba berulang
kali menghubungi CP yang kami punya. Akhirnya kami disapa juga sama abang-abang
yang kebetulan ke tempat kami. Kalo gak salah namanya Iwan. Jadi menurut Ak
Iwan, CP yang kami punya itu sebenarnya bukan warga atau yang ngelola Goa
Buniayu, melainkan orang Jakarta yang pernah kesana juga. Gubrak! Gila! Percaya
ato gak ini adalah kegilaan lain di petualangan ini.
Di depan rumah bu Cicin |
Mengetahui kami semua belom sarapan, Ak Iwan membawa kami kembali turun dan ke sebuah rumah, dimana sebenarnya rumah itu adalah tempat kami diturunkan oleh ojek tadi. Ternyata rumah itu memiliki warung. Nama pemilik rumah itu adalah ibu Cicin.
Bu Cicin sangat ramah. Katanya sudah 28 tahun tinggal di
sana. Sedikit gak percaya, Bu Cicin ternyata sudah punya cucu. Padahal kelihatannya
bu Cicin masih muda. Mungkin seusia dengan orang tuaku. Huuuaaahhh... Ketika
masuk ke dalam rumahnya dan melihat foto cucunya.. cuuteeee... Minta dicubit
daaahh...
Kami memesan nasi goreng ke Ibu Cicin. Sekitar 15 menit
menunggu, bu Cicin mengantarkan nasi goreng dan telor dadar ke kami. Hmm..
Masakannya beneran berasa masakan rumah. Enak. Meskipun tidak terlalu pedas.
Air minumnya juga berasa segar banget. Beda sama air di kota ataupun produk
botolan. Sarapan di pagi itu memuaskan kami, sampe-sampe kami semua pada
kekenyangan.
Setelah menenangkan lambung masing-masing, kami memutuskan
untuk memulai petualangan kami. Sekitar pukul 07.45 WIB kami naik lagi ke
tempat pendaftaran dan bersiap-siap. Kami menitipkan barang-barang kami kepada
penjaga Goa dan mulai memilih sepatu boots dan pakaian Naruto. Kenapa dibilang
pakaian Naruto? Soalnya gak tahu siy namanya apa hahahhaaa lagian warnanya
orange terang gitu, beneran kayak pakaiannya Naruto. Btw, ukuran sepatu boots
yang terkecil adalah 25, itu sebenarnya masih kebesaran di kakiku. Padahal
ukuran sepatuku berkisaran di 39-40. Ckckckkk
Selesai memakai pakaian Naruto dan sepatu boots, kami
dipasangkan tali disekitar bagian selangkangan kami. Ini fungsinya untuk
membantu kita ketika kita akan memasuki goa, karena kita milih memasuki goa Buniayu secara vertikal. Setelah memakai semua pengaman termasuk helmet, kami
berfoto-foto ria. Yang motoin kita Aak Wawan namanya (beda sama Iwan yaaa...).
Setelah kami rasa cukup untuk berfoto, kami diantar sama Ak
Noi dan Ak Wawan menuju jalur masuk goa vertikal. Kami kira, salah satu dari
merekalah yang akan menjadi Guide kami, tapi ternyata bukan. Guide kami bernama
pak Eko dan beliau sudah menunggu di pintu masuk goa.
Pintu masuk goa yang kami kira disekitar tempat kami
berganti pakaian ternyata salah. Pintu goa terletak agak jauh kira-kira sekitar
300 m dari tempat kami berganti pakaian dan sedikit masuk hutan. Sepanjang
perjalanan, kami berkenalan dan mengobrol sama Ak Noi dan Ak Wawan. Ak Noi
sepertinya umurnya tidak terpaut jauh dari kami, sekitar 25-26 dan dia seperti
layaknya orang muda dewasa di desa-desa yang biasa kita temui. Ak Wawan mungkin
berumur sekitar 30an. Ak Wawan suka banget ngomong apa adanya dan selalu
menyambut omongan kami dengan sedikit bantahan yang cukup real tapi juga
bernada menggoda.
Di pintu masuk menuju Goa Buniayu vertikal |
Aku rasa satu juga kebiasaan yang gak pernah lupa dimanapun. Meski suara kami pas pasan, kami selalu bernyanyi. Anehnya kode kami ternyata juga nyambung sama dua aak itu. Ketika itu ada yang ngomong mungkin, langsung dah disambut dengan lagu Stinky-Mungkinkah kita kan selalu bersama walau terbentang jarak antara kita. Itu sedikit contoh aja. Heheheeee Sampe kami akan diturunkan secara vertikal ke dalam goa pun sautan lagu pun masih menggema. Diantara kami yang sering nyautin tentunya Aku dan Ria. Emang cocok dah kode kita. ^^
0 comments:
Post a Comment