Perjalanan Pulang Ke Jakarta
Pagi itu, sekitar pukul 03.00 WIB, aku dan Ria terbangun.
Usai melaksanakan shalat Tahajud, kami berbincang-bincang sejenak. Ria bilang
kalo aku semalam tidurnya nyenyak banget, sampai fase 3 katanya. Jadi
ceritanya, malam itu aku dan Ria masih asyik ngobrol-ngobrol, pada saat Ria balik
badan terus ngeliat aku, eh ternyata akunya udah tidur. Aku siy emang ngakuin,
aku gak nyadar gitu udah tertidur (yaiyalah yaa). Tapi senangnya bisa tidur
sepulas semalam. Rasanya enak banget deh. Rasa yang aku rindukan kala sedang
ada di Depok.
Baru sebentar ngobrol, Adzan Shubuh sudah memanggil. Maklum
Adzan Shubuhnya jam 4 lebih dikiiit. Kami berdua pun langsung shalat. Usai
shalat, aku bergegas mandi pagi. Meskipun dingin, tetap menyegarkan. Setelah
aku mandi, Ria pun mandi. Sekitar pukul 05.00 WIB, kami sudah siap berangkat
menuju terminal Giwangan.
Setelah pamitan sama Bulek, aku dan Ria bergegas ke depan,
berharap akan mendapatkan tumpangan warga. Lagi-lagi dengan bermodalkan jari,
kami mencoba memberhentikan berbagai kendaraan bermotor. Hingga akhirnya ada
seorang Ibu berkendara motor yang baik hati berhenti. Ibu itu sebenarnya gak
bermaksud ke Srandakan, tapi ibu tersebut mau mengantarkan aku ke Srandakan.
Beginilah emang budaya di desa yang gak pernah buat kita gak kagum.
Aku dibonceng ibu tadi, yang belakangan setelah kenalan aku
ketahui namanya adalah Ibu Siti Rokhmah. Beliau tinggal di bagian selatan Dusun
Babakan. Sambil menikmati angin pagi, aku mendengarkan bu Siti bercerita
mengenai keluarganya. Bu Siti tinggal sendirian. Beliau punya anak kalo gak
salah 4 orang. Ada yang Twins loh
anaknya. Terus sudah punya cucu kalo gak salah 11 Orang. Beliau cerita banyak
hal hingga akhirnya beliau bilang ke aku kalo aku main ke Babakan lagi, aku
diminta main ke rumah beliau. Kata bu Siti, beliau akan menyajikan makanan yang
enak kalo aku main ke rumah beliau. Baiknya Bu Siti. Insya Allah kalau aku ada
umur dan rezeki, aku akan main ketempat ibu. Mudah-mudahan bisa ya Allah.
Aamiin ya Rab.
Ketika sudah terlihat jembatan, tanda bahwa Srandakan sudah
mulai dekat, Bu Siti berpesan banyak hal padaku. Beliau juga berdoa banyak
sekali untukku. Aku sangat terharu. Padahal baru bertemu beberapa menit saja,
aku sudah seperti kenal lama dengan Beliau. Setelah aku turun dari motor,
kembali beliau mengatakan agar aku nanti datang lagi dan berkunjung ke rumah
beliau. Ku balas dengan menyalami beliau
dan mengatakan terima kasih dan Insya Allah, doakan saja bu.
Aduhaiii, inilah kenapa aku gak bosan-bosan masuk ke desa,
gak bosan-bosan pergi kesana kemari. Mungkin bagi orang lain hanya akan
menghabiskan uang dan waktu. Tapi, bagiku ini lebih dari sekedar itu. Begitu
banyak hal yang aku dapatkan. Allah itu benar-benar Luar Biasa. Sang Pencipta
yang tiada tandingannya. Pertolongannya juga luar biasa. Kalo saja kita sedikit
bisa melihat lebih dekat, gak akan pernah bisa mulut berhenti untuk mengucapkan
rasa syukur. Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar.
Setelah bertemu Ria kembali di Srandakan, kami menaiki mini
bus menuju Terminal Giwangan. Selama perjalanan, mataku dan mata Ria tertutup
menikmati saat-saat tidur di mini bus ini. Terutama aku, entah kapan lagi aku
akan menaiki mini bus ini ketempat Ria. Gak banyak pembicaraan antara aku dan
Ria di mini bus itu hingga kami tiba di terminal Giwangan.
Perjalanan kami lanjutkan dengan menaiki Trans Jogja 4A lalu
turun di halte malioboro menyambung Trans Jogja nomor 3A. Sambil menunggu Trans
nomor 4A, kami ngobrol-ngobrol. Ternyata pegawai Trans memperhatikan kami. Kami
ditanya dari mana dan banyak hal. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol dengan
pegawai-pegawai Trans Jogja hingga bus yang ingin kami naiki datang. Setelah
pamitan, kami meneruskan perjalanan kami.
Pindah bus dengan membawa Carier emang susah-susah gampang.
Belum lagi dilihatin sama sekitar. Terus akunya juga gak mau ngelepasin
cariernya barang sebentarpun. Hahahaaaa. Aku dan Ria tidak banyak bicara saat
itu. Kami hanya fokus dengan target harus sampai stasiun tepat waktu.
Ketika tiba di pemberhentian bus paling dekat dengan stasiun
Lempuyangan, kami memutuskan untuk jalan kaki. Aku pikir, karena mbak penjaga
busnya bilang dekat, maka lebih baik jalan kaki. Saat itu kebetulan banget ada
juga sepasang suami istri yang mau ke stasiun Lempuyangan juga, tapi mereka
kesana dengan naik becak. Mataku mengawasi becak yang mereka tumpangi untuk
menunjukkan mana arah yang harus kami tempuh.
Ditengah perjalanan, untuk memastikan arahnya kami bertanya
dengan seorang mbak yang kebetulan lewat, dia bilang kalau kami harus jalan
lurus terus belok ke kanan pas pertigaan. Kami mengikuti kata mbak itu (lupa
kenalan) dan akhirnya tibalah kami di stasiun Lempuyangan skitar pukul 08.10
WIB.
Saat itu kondisi badanku emang lagi gak baik siy, aku kena
flu. Meleeeeer banget dah. Aku dan Ria menunggu kereta yang akan aku
tumpangi sekitar 1,5 jam. Dalam waktu
itu gak banyak obrolan aku dan Ria. Aku rasa, ya seperti inilah keadaan yang
namanya perpisahan. Gak pernah bisa ngomong seleluas ketika pertama kali
bertemu. Mungkin karena kepalaku sibuk flashback masa-masa yang udah aku
habiskan di Jogja kali ya. Atau mungkin juga karena sebenarnya aku gak pengen
balik ke Jakarta. Pengennya hidup di tempat yang bisa buat aku tidur dengan
nyenyak. Entahlah...
Waktu menunjukkan sekitar pukul 09.30 WIB saat kereta api
itu datang. Itu artinya saat itulah aku harus berpisah dengan Ria dan Jogja
dengan membawa berjuta kenangan indah. Pertemuan yang gak perlu ada penyesalan
dan pengalaman yang luar biasa.
Aku masuk ke dalam stasiun setelah pamitan dengan Ria. Ada
siy sedikit rasa kosong waktu pegi tapi lagi-lagi gak perlu ada penyesalan. Aku
duduk dibangku ku dan berinisiatif untuk selca di dalam kereta dan
mengirimkannya ke Ria. Ria pun membalas selca ku dengan selca juga di dalam bus
Trans Jakarta. Hahahaa lucu.. Sampai jumpa kembali Ria dan Jogja.
0 comments:
Post a Comment