Jalan Sendiri Menuju Jogja
Sejak sebulan yang lalu, atau mungkin bahkan lebih lama dari
itu, aku dan beberapa temanku berencana untuk naik gunung bareng. Awalnya
Ncannee ngajak Ria terus Aku. Lalu kita perbesar group kita dengan mengajak
Tiwi dan Putri. Aku berpikir ini adalah jalan-jalan kami bersama saja, dan
mungkin untuk amannya perlu mengajak cowok. Gak perlu banyak cowok, karena
tujuan kami adalah Gunung Sikunir dan Gunung Prau.
Tapi seiring berjalannya waktu, satu persatu berguguran.
Tiwi yang tiba-tiba ada acara, lalu Ria yang ada acara di Dusun binaannya.
Menjelang hari-H pun Putri sempat gak jadi mau ikut karena peralatan gunung dia
ada di Jakarta. Hmmmm... Aku kira ini akan jadi perjalanan reuni kita berlima,
karena masing-masing orang sudah jaraaaaang sekali ketemu dan sibuk dengan
kesibukan masing-masing. Tapi apa boleh buat, Allah sudah mengatur seperti ini.
Hari ini adalah hari yang dijanjikan, hari dimana aku akan
berangkat ke Jogja untuk pertama kalinya naik bus dan sendirian. Sebenarnya
seminggu yang lalu aku masih galau, jadi pergi gak ya. Semuanya pada
ngebatalin, apa asyiknya Cuma aku dan Ncan aja, sisanya orang yang gak aku
kenal sama sekali, padahal aku pengen semuanya komplit plit. Antara ada dan tiada niatan aku buat pergi ke
Jogja. Tapi akhirnya aku ada-ada kan aja niatnya, dengan pertimbangan karena
Ncan udah ngurusin banyak dan kasihan kalo aku malah ikutan gak jadi, dan terakhir
adalah bonus kesana ketemu sama Ria.
Aku membeli tiket bus karena tiket kereta yang tersisa
harganya mencapai 200ribuan, sedangkan tiket bus harganya hanya Rp 110.000,00.
Pulangnya aku baru membeli tiket kereta
seharga Rp 165.000,00. Bermodalkan sedikit kenekatan aku pergi ke Jogja sendirian.
Berdoa saja ke Allah semoga semuanya berjalan lancar dan sampai tujuan.
Malam sebelum keberangkatan, aku beberes-beres, mulai
packing. Tapi seperti biasa, ada aja yang keluapaan masuk dan aku bingung apa
barang yang sebaiknya diluar ya, maklum banyak barang titipan gitu. Setelah
lelah berpusing-pusing ria, akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang.
Sebelum pergi ke Jogja, paginya aku musti nyelesein urusan dulu di RS*M.
Siang itu aku terburu-buru pulang. Saat sampai stasiun
Manggarai, gak kelihatan juga tuh KRL tujuan Depok/Bogor. Lama menunggu
membuatku resah gelisah tak menentu. Kemarin, aku diingatkan untuk ada di loket
bus pukul 15.30 WIB, sedangkan hingga pukul 15.00 WIB kurang sedikit ini KRL
belum juga menampakkan wujudnya.
KRL akhirnya datang juga setelah sekian lama ditunggu.
Hatiku beneran cenat cenut nungguin datangnya KRL. Selama di KRL, aku belum
bisa menentramkan hatiku. Selalu aku ucap istighfar hingga aku tiba di stasiun
Pocin. Kegelisahanku berkurang, tapi aku tetap tidak bisa memutar waktu ataupun
menghentikan waktu. Aku beneran dikejar waktu saat itu.
Dengan memutuskan gak mandi dan langsung capcus ke loket,
aku berangkat tergesa-gesa. Naik angkot 112 dari depan Gundar, mana angkotnya
ngetem ampe 15 menit lagi. Waktu saat itu sudah menunjukkan hampir jam 16.00
WIB. Rasanya pengen nangis. Jangan-jangan aku di tinggalin lagi. Cuma bisa
menyalahkan diri sendiri. Ketika aku melihat Hp, ada WA dari Ria sekitar jam
15.30 WIB, isinya:
Ria : Riin, tarik
nafas dulu terus tenang cek ulang barang bawaannya yaaa *secara aku hapal
kelakuan riniiii. Hobby bolak balik
Ngebaca WA dari Ria ngebuat aku tersenyum-senyum sendiri.
Subhanallah banget sahabatku yang satu ini, aku gak bilang apa-apa aja, dia
nge-WA nya gitu. Emang TOP deh Ria!
Aku tiba di loket kira-kira pukul 16.15 WIB. Saat itu aku
sadar bahwa beberapa barang yang aku butuhkan tertinggal di atas tempat
tidurku. Huhuhuuuu kejadian ini persis sekali seperti aku akan naik gunung
Ciremai dulu. Aku hanya bisa membeli ulang tisu basah, tanggo dan air mineral
untuk di jalan. Pukul 16.30 WIB aku diantarkan sama petugas loket ke bus yang
akan aku naiki. Baru saja aku naik sebentar, bus sudah berjalan meninggalkan
PAL dan sekitarnya.
Entahlah, aku gak tahu apa dan bagaimana nantinya perjalanan
ku ini, tapi aku tahu bahwa kalo aku panik, banyak hal yang jadi terlupakan.
Kejadian yang terulang adalah bukti bahwa lupanya aku itu bukan kebetulan, tapi
udah bawaan kayaknya. Hmmmm
Sambil menikmati kesendirian dalam bus dan ditemani dengan
buah jeruk manis, aku menghabiskan sedikit malamku dalam keadaan sadar.
Sisanya, aku tertidur di bus. Terbangun, tidur lagi, terbangun lagi, tidur
lagi, bahkan pada saat bus berhenti untuk makan, aku malah memilih untuk
melanjutkan tidurku.
Akhirnya aku
beneran terbangun sekitar pukul 03.00 WIB. Waktu aku membuka mata, bus sedang
berada di dalam terminal yang sepi. Supir bus saat itu sedang menelepon
seseorang, ntah siapa. Setelah menelepon, supir bus menjalankan bus keluar dari
terminal dan saat itu aku tahu bahwa bus sudah sampai di Purworejo (kota
kelahiran Affan).
Setelah shalat dan makan snack, aku kembali tertidur. Saat
aku bangun, bus baru saja akan memasuki terminal Giwangan, Jogja. Aku melihat
jam, sekitar pukul 5.30 WIB. Sambil menunggu Ria menjemputku, aku duduk di bangku
sambil mendengarkan musik sambil melukin carrier. Masih ngantuk. (-_-)
0 comments:
Post a Comment